Anggota Geng Tai di Binus School Serpong, ulah anak Vincent Legolas Rompies
Tradisi Perundungan di SMA Binus Serpong: Fenomena Geng Tai yang Menyimpang
Di tengah gemerlapnya prestasi akademik dan fasilitas modern yang dimiliki oleh SMA Binus Serpong, terselip sebuah realitas kelam yang mengganggu, yakni fenomena perundungan atau bully yang dilakukan oleh sebuah kelompok remaja yang dikenal sebagai Geng Tai. Kasus-kasus ini menjadi viral di media sosial, memperlihatkan sisi gelap dari sebuah institusi pendidikan elit.
Dilansir dari berbagai sumber, perundungan di SMA Binus Serpong telah berlangsung selama 9 generasi, menyeret baik siswa-siswa pelaku maupun korban ke dalam dinamika yang merugikan. Kabarnya, tradisi ini menjadi bagian dari proses rekrutmen anggota baru untuk Geng Tai, sebuah geng remaja yang beroperasi di sekolah tersebut.
Geng Tai, demikian mereka menamakan diri, memiliki struktur hierarki yang jelas, dengan siswa kelas 12 SMA seringkali menduduki posisi paling atas. Mereka membentuk subkultur yang berkumpul di sebuah toko kecil di belakang sekolah, melakukan aktivitas-aktivitas yang menyimpang dan bahkan kriminal, seperti kekerasan, merokok di bawah umur, dan penggunaan vape.
Menjadi bagian dari Geng Tai dianggap sebagai status sosial yang diidamkan oleh sebagian siswa. Mereka menawarkan berbagai 'keuntungan' kepada calon anggota baru, mulai dari uang hingga akses parkir yang strategis. Namun, proses rekrutmen yang mereka lakukan tidaklah main-main. Calon anggota harus melewati serangkaian ujian yang melibatkan kekerasan fisik dan psikologis. Mereka yang tidak mampu bertahan dihadapkan pada hukuman yang lebih keras.
Bukan hanya perundungan fisik yang terjadi, tetapi juga tekanan sosial dan psikologis yang dirasakan oleh korban-korban Geng Tai. Mereka sering kali hidup dalam ketakutan dan tekanan yang konstan, merasa terisolasi dan tidak memiliki tempat untuk melaporkan kasus-kasus perundungan yang mereka alami.
Lanjut …….
