Kabar Hoaks tentang Komedian Bedu Menjual Rumah Mewah Rp 5,5 Miliar Terkait Pinjol: Bedu Bantah dan Berbicara tentang Pengeluaran Pasif
BURUHTINTA.co.id - Sebuah kabar hoaks mengenai komedian terkenal, Bedu, yang diduga menjual rumah mewah senilai Rp 5,5 miliar karena terjerat pinjaman online (pinjol) baru-baru ini sempat viral di media sosial. Namun, Bedu dengan tegas membantah kabar tersebut.
Dalam pernyataan kepada detik, Bedu mengatakan, "Bohong itu, nggak ada." Ia dengan tegas membantah klaim bahwa ia menjual rumahnya akibat pinjaman online yang berlebihan.
Selain membantah kabar tersebut, Bedu juga memberikan klarifikasi mengenai pengalamannya dengan pinjaman online. Bedu mengakui bahwa ia pernah meminjam dana dari layanan pinjol, tetapi ia menekankan bahwa pinjol yang ia gunakan adalah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Pinjol pernah, tapi logika aja pinjol paling berapa. Itu lunas-lunas terus," tambah Bedu, menjelaskan bahwa ia telah melunasi pinjol tersebut tanpa masalah.
Manajemen Bedu juga turut memberikan pernyataan yang menegaskan bahwa kabar tersebut adalah hoaks dan meminta agar berita tersebut tidak dilebih-lebihkan.
Terlepas dari adanya kabar hoaks tersebut, Bedu juga memberikan wawasan tentang pengeluaran pasif yang dapat terjadi akibat utang. Ia mengingatkan masyarakat bahwa apapun jenis utang yang diambil, baik itu dari pinjol, KTA bank, KPR, dan lainnya, akan selalu menghasilkan pengeluaran pasif. Ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menabung, berinvestasi, atau memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bedu juga menyoroti bahaya menunda pembayaran utang, terutama dalam konteks pinjol. Ia menekankan bahwa utang dari pinjol adalah kewajiban yang harus dipenuhi, dan penundaan pembayaran dapat mengakibatkan konsekuensi finansial yang lebih berat, seperti biaya penalti yang akan menambah beban finansial di masa depan.
Kabar hoaks seputar Bedu ini merupakan pengingat penting bagi masyarakat mengenai pentingnya berhati-hati dalam menyebarkan dan menerima informasi yang belum terverifikasi, sambil tetap memahami konsekuensi dari pengeluaran pasif yang mungkin timbul akibat utang.***
