header

Mbah Bolong Jombang: Profil Ustadz Muda dengan Jiwa Santri yang Low Profile

Minggu 04-06-2023 / 03:54 WIB


Mbah Bolong Jombang: Profil Ustadz Muda dengan Jiwa Santri yang Low Profile

BURUHTINTA.co.id - Dalam kota Jombang, terdapat seorang ustadz muda yang memiliki profil unik dan menarik, yakni Mbah Bolong. Dengan ciri khasnya yang selalu mengenakan peci putih, Mbah Bolong merupakan alumni Pondok Tambakberas dan merupakan santri dari Kyai Jamal, yang merupakan tokoh terkemuka di lingkungan pesantren.

Dengan tinggi badan berkisar 158 cm dan berkulit sawo matang, Mbah Bolong tinggal di Dusun Gendong, Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Ia juga menjadi pengasuh di pondok pesantren "Falahul Muhibbin", yang berada bersebelahan dengan rumahnya. Selain itu, beliau juga membina Jam'iyah Shalawat Seribu Rebana dan tak pernah absen dalam mengisi tausiyah saat acara berlangsung.


Mbah Bolong dikenal sebagai sosok ustadz yang akrab dengan guyonan dalam setiap dakwahnya. Keakrabannya dengan masyarakat Jombang membuatnya sering diundang sebagai penceramah dalam berbagai acara. Tidak hanya itu, beliau juga menunjukkan kecintaannya terhadap Shalawat dengan memberikan sumbangan rezeki kepada komunitas shalawat di Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang.

Walaupun usianya masih muda, Mbah Bolong memiliki jiwa yang low profile. Sebuah pengalaman menarik dialami oleh seorang pengunjung saat mengunjungi rumah beliau pada Jumat, 30 Mei 2014. Saat tiba di rumah Mbah Bolong, pengunjung tersebut disambut dengan ucapan "Ayo rek, mangan disek" (ayo nak, makan dulu). Pengunjung tersebut sangat terkejut karena diajak makan oleh ustadz yang selama ini dikagumi oleh keluarganya. Keluarga pengunjung tersebut selalu antusias mengikuti kegiatan Seribu Rebana setiap malam Minggu wage, dan tidak pernah absen mendengarkan tausiyah Mbah Bolong saat berdakwah di Hotel Prodeo Jombang.

Meskipun usia KH Nurhadi alias Mbah Bolong baru mencapai kepala empat, namun ketokohannya sudah luar biasa. Rutinan Seribu Rebana yang dia asuh setiap Sabtu malam Minggu Wage selalu dihadiri oleh puluhan ribu jamaah. Selain itu, ia memiliki ratusan santri di Pondok Pesantren Fallahul Muhibbin Watugaluh, Diwek. Kepopuleran Mbah Bolong semakin bertambah setelah mendirikan SMP Islam dan SMK Islam di Jombang.


×

Dalam sebuah wawancara, Mbah Bolong mengungkapkan keyakinannya bahwa kesuksesannya saat ini adalah berkat doa dari para sesepuh yang telah mendukungnya. Ia adalah putra pertama dari pasangan H Nurul Yakin dan Nur Hasanah, dengan ayahnya sebagai penjual bakso dan kakek buyutnya yang bernama Mbah Ibrahim yang sangat agamis.

Tirakat dan doa dari orang tua serta leluhurnya diyakini oleh Mbah Bolong mampu merubah perjalanan hidupnya 180 derajat. Sejak masa kecilnya, ia sudah menunjukkan bakat dalam seni dan prestasi akademik. Kisah Mbah Sonhaji, seorang santri Sunan Ampel yang berjuluk Mbah Bolong, sering disampaikan olehnya dalam ceramahnya. Hal ini membuat dirinya akhirnya dijuluki sebagai Mbah Bolong.

Dengan rendah hati, Mbah Bolong menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi santri sepanjang hayatnya. Ia masih aktif mengikuti pengajian KH Djamaludin Ahmad di Tambakberas. Kecintaannya terhadap pesantren dan santri membuatnya terus mengabdikan diri dalam berdakwah, dengan bahasa yang sederhana dan kocak yang membuat ceramahnya digandrungi oleh banyak orang.

Mbah Bolong Jombang adalah sosok ustadz muda yang menunjukkan dedikasi dan ketulusan dalam berdakwah. Dengan profilnya yang low profile, beliau terus menginspirasi banyak orang dengan keberadaannya yang merangkul masyarakat melalui pesan-pesan agama yang disampaikan secara santai dan kocak.***

TAG: #jombang
Sumber:

BERITA TERKAIT