header

Tragedi Kematian Dini Sera Afriyanti: Analisis Femisida dan Isu Kekuasaan dalam Kasus Kekasih Anak Anggota DPR RI, Ronald Tannur

Selasa 10-10-2023 / 18:35 WIB


Tragedi Kematian Dini Sera Afriyanti: Analisis Femisida dan Isu Kekuasaan dalam Kasus Kekasih Anak Anggota DPR RI, Ronald Tannur

BURUHTINTA.co.id - Kasus tragis kematian Dini Sera Afriyanti telah menjadi sorotan publik yang mengejutkan dan mencengangkan. Wanita muda yang hidupnya telah dipenuhi dengan masa depan yang cerah, harus merenggang nyawanya dalam peristiwa yang mengerikan. Dini Sera Afriyanti, seorang perempuan yang menjadi korban pembunuhan, adalah contoh nyata dampak serius dari ketidaksetaraan gender dan isu-isu kekuasaan yang sering kali terabaikan dalam hubungan.

Ronald Tannur, kekasih Dini, seorang anak anggota DPR RI, adalah sosok yang menjadi pelaku dalam tragedi ini. Keberadaannya sebagai anak anggota Dewan Perwakilan Rakyat memberikan dimensi politis yang memperumit kasus ini. Namun, lebih dari itu, kasus ini mengangkat perbincangan tentang femisida dan bagaimana isu-isu kekuasaan dalam hubungan bisa berujung pada tindakan kekerasan yang mengerikan.


Femisida: Pengertian dan Implikasi

Menurut Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, kasus kematian Dini Sera Afriyanti adalah contoh nyata dari femisida. Femisida adalah pembunuhan terhadap wanita yang dipicu oleh faktor-faktor seperti dendam, benci, penguasaan, penikmatan, dan pandangan yang merendahkan perempuan sebagai objek kepemilikan. Ini adalah tindakan yang mencerminkan ketidaksetaraan gender, dominasi, agresi, atau opresi terhadap perempuan.

Femisida tidak sekadar pembunuhan biasa. Ini adalah produk budaya patriarkis dan misoginis yang terjadi di berbagai konteks, baik dalam ranah privat, komunitas, maupun negara. Penekanan utama dalam femisida adalah ketidaksetaraan gender, dominasi, agresi, atau opresi terhadap perempuan. Ini adalah tindakan yang mendasari pandangan bahwa perempuan adalah objek yang lebih rendah, tidak setara, dan layak untuk ditindas.


×

Isu Kekuasaan dalam Hubungan

Menurut psikolog klinis Veronica Adesla, femisida umumnya terjadi dalam hubungan dekat. Ini terkait dengan adanya dominasi atau rasa benci yang berkembang dalam hubungan tersebut. Hubungan antara korban dan pelaku seringkali mencerminkan relasi kuasa yang tidak seimbang. Isu-isu kekuasaan ini memainkan peran penting dalam kasus-kasus femisida, dan seringkali menjadi faktor utama yang memicu tindakan kekerasan yang tragis.

Kasus Dini Sera Afriyanti adalah pengingat yang menyedihkan tentang pentingnya mengatasi ketidaksetaraan gender dan isu-isu kekuasaan dalam hubungan. Kekuasaan yang disalahgunakan dapat berujung pada tindakan kekerasan yang merenggut nyawa. Kasus ini juga mencerminkan perlunya penegakan hukum yang adil dan keadilan bagi para korban femisida.

Sebagai masyarakat, kita harus bersatu dalam menentang segala bentuk kekerasan dan ketidaksetaraan gender. Kasus ini adalah pengingat yang menyakitkan tentang betapa pentingnya terus mendiskusikan isu-isu ini dan bekerja menuju masyarakat yang lebih aman dan adil bagi semua, tanpa memandang gender. Semoga kematian Dini Sera Afriyanti menjadi awal dari perubahan positif yang lebih besar dalam masyarakat kita***

Sumber:

BERITA TERKAIT