header

Ransomware LockBit Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan ke BSI: Ahli Ingatkan Ancaman Serangan Ransomware dan Pentingnya Kesiapan TIK untuk Kontinuitas Bisnis

Minggu 14-05-2023 / 17:13 WIB


Ransomware LockBit Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan ke BSI: Ahli Ingatkan Ancaman Serangan Ransomware dan Pentingnya Kesiapan TIK untuk Kontinuitas Bisnis

BURUHTINTA.co.id - Baru-baru ini, Bank Syariah Indonesia (BSI) mengumumkan bahwa mereka telah menjadi korban serangan ransomware yang dilakukan oleh kelompok penjahat siber yang dikenal sebagai LockBit. Serangan ini terjadi pada tanggal 12 Mei 2023 dan menyebabkan gangguan pada operasional perbankan BSI.

Menurut pernyataan resmi dari BSI, serangan ransomware ini menyebabkan sistem IT mereka terkunci dan para penyerang menuntut pembayaran dalam bentuk Bitcoin sebagai tebusan agar sistem dapat dibuka kembali. BSI telah mengambil tindakan cepat dengan bekerja sama dengan tim keamanan siber untuk mengatasi serangan ini dan menyelidiki bagaimana serangan ini bisa terjadi.


Kasus serangan ransomware seperti yang dialami oleh BSI bukanlah hal yang baru dalam dunia keamanan siber. Para penjahat siber sering menggunakan ransomware sebagai alat untuk mengenkripsi data penting suatu organisasi dan kemudian menuntut pembayaran tebusan untuk membuka kembali data tersebut. Serangan ransomware telah menjadi ancaman yang semakin nyata bagi organisasi di seluruh dunia.

Kepala Keamanan Siber dan IT di BSI, Ahmad Nasrullah, mengatakan bahwa serangan ransomware ini adalah pengingat yang jelas bahwa tidak ada organisasi yang kebal terhadap ancaman serangan siber. Dia juga menekankan betapa pentingnya memiliki strategi keamanan siber yang komprehensif dan kesiapan TIK untuk memastikan kontinuitas bisnis yang berkelanjutan.

Ahmad Nasrullah juga menekankan bahwa organisasi harus memastikan bahwa mereka memiliki backup data yang teratur dan terenkripsi untuk memastikan bahwa data mereka tetap aman dalam situasi seperti ini. Dia juga menekankan pentingnya pelatihan karyawan tentang taktik penipuan siber dan serangan phishing.


×

Tidak hanya itu, para ahli keamanan siber juga menyarankan bahwa organisasi harus mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi keamanan canggih, seperti solusi anti-malware dan firewall, untuk mengurangi risiko serangan siber. Selain itu, organisasi harus mengembangkan rencana darurat yang komprehensif dan menguji kesiapan TIK mereka secara teratur untuk menghadapi situasi seperti ini.

Kasus serangan ransomware yang dialami oleh BSI menegaskan kembali pentingnya strategi keamanan siber yang komprehensif dan kesiapan TIK yang baik dalam memastikan kontinuitas bisnis yang berkelanjutan. Organisasi harus mengambil serius ancaman serangan siber dan memastikan bahwa mereka memiliki rencana yang tepat untuk melindungi data dan aset mereka dari serangan ini.***

Sumber:

BERITA TERKAIT