header

Kisah Terbakarnya Baitul Maqdis dan Peran Cicak dalam Riwayat Hadits

Rabu 11-10-2023 / 12:56 WIB


Kisah Terbakarnya Baitul Maqdis dan Peran Cicak dalam Riwayat Hadits

BURUHTINTA.co.id - Baitul Maqdis, yang juga dikenal sebagai Masjid Al Aqsa, adalah salah satu tempat paling bersejarah dan suci dalam Islam. Tempat ini terletak di Palestina dan memegang peranan penting dalam sejarah agama dan peradaban Islam. Bagian yang menarik adalah sebuah riwayat hadits yang menceritakan peristiwa terbakarnya Baitul Maqdis dan peran yang dimainkan oleh seekor cicak.

Baitul Maqdis, yang sebagian besar dikenal sebagai Masjid Al Aqsa, memiliki akar sejarah yang dalam dalam Islam. Dibangun setelah Nabi Ibrahim membangun Ka'bah di Makkah, Masjid Al Aqsa dibangun secara sederhana oleh Nabi Yakub AS. Namun, kejayaan pembangunan Masjid Al Aqsa terjadi di bawah kepemimpinan Nabi Sulaiman AS. Masjid ini menjadi salah satu situs paling penting dalam sejarah Islam, dan orang-orang Muslim di seluruh dunia menghormatinya sebagai salah satu tempat yang paling suci.


Namun, ada riwayat hadits yang mencatat peristiwa dramatis dalam sejarah Masjid Al Aqsa. Riwayat ini menceritakan bahwa pada suatu saat, Baitul Maqdis terbakar. Apa yang membuat riwayat ini lebih menarik adalah peran yang dimainkan oleh cicak dalam peristiwa ini.

Riwayat tersebut menyebutkan bahwa pada saat terbakarnya Baitul Maqdis, cicak atau tokek mengembuskan api dengan mulutnya, sementara kelelawar-kelelawar mencoba memadamkan api dengan sayap mereka. Ini adalah peristiwa yang cukup luar biasa dan membuat kita bertanya-tanya mengenai makna di baliknya.

Namun, perlu dicatat bahwa dalam tradisi Islam, cicak dianggap sebagai hewan yang jahat dan beracun. Dalam beberapa riwayat hadits, cicak disebut sebagai "Saamun Abrosh" atau racun kusta/lepra. Ada pandangan negatif terhadap hewan ini, dan dianggap sebagai binatang yang berbahaya.


×

Bahkan, dalam sebuah riwayat hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang membunuh tokek dengan pukulan pertama, maka ia mendapat kebaikan, dan siapa yang membunuhnya dengan pukulan kedua, maka ia mendapat kebaikan, lebih sedikit dari yang pertama. Dan jika membunuhnya dengan pukulan ketiga, dia akan mendapatkan kebaikan, yang lebih kurang lagi dari itu." (HR Muslim). Ini menunjukkan bahwa dalam budaya Islam, tokek dianggap sebagai hewan yang harus dibunuh.

Dalam kitab Hasyiyah Al 'Adawi, dikatakan bahwa cicak adalah Yahudiyah atau pengikut Yahudi, yang menjelaskan sikap negatif terhadap hewan ini dalam budaya Islam. Lebih dari itu, cicak juga dikaitkan dengan peristiwa terbakarnya Baitul Maqdis. Dikatakan bahwa cicak adalah hewan beracun yang mampu menyulut api. Inilah mengapa dalam riwayat hadits tersebut, cicak dianggap sebagai hewan jahat yang berusaha menjadikan Masjid Al Aqsa terus terbakar.

Begitu pula, beberapa pandangan dalam kitab Hasyiyah Al 'Adawi menyatakan bahwa cicak dianggap lebih beracun daripada ular. Semua pandangan ini menggambarkan sikap negatif terhadap hewan ini dalam budaya Islam.

Peristiwa terbakarnya Baitul Maqdis dan peran cicak dalam riwayat hadits ini mungkin terdengar aneh dan misterius bagi banyak orang. Namun, dalam tradisi Islam, terdapat makna simbolis di balik kisah ini, yang menyoroti sikap negatif terhadap hewan tertentu dan pentingnya menjaga tempat-tempat suci seperti Masjid Al Aqsa.

TAG: #palestina
Sumber:

BERITA TERKAIT