Al-Aqsa: Makna Keagamaan dan Relevansi Politik di Tengah Konflik Israel-Palestina
BURUHTINTA.co.id - Masjid Al-Aqsa, yang terletak di Kota Tua Yerusalem, mengandung makna yang sangat mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, selain makna keagamaannya, Al-Aqsa juga memiliki relevansi politik yang luar biasa, terutama dalam konteks konflik Israel-Palestina yang berlarut-larut.
Al-Aqsa: "Masjid Terjauh" dan Kisah Isra Nabi Muhammad SAW
Nama Al-Aqsa sendiri memiliki arti "masjid terjauh" atau "tempat suci terjauh" dalam bahasa Arab. Hal ini merujuk pada kisah "Isra" dalam Islam, yang menceritakan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Yerusalem. Dalam Surat 17, ayat 1 Al-Quran, disebutkan bahwa Nabi Muhammad "dibawa… pada malam hari dari Masjidil Haram (di Mekah) ke Al-Aqsa yang kawasannya telah kami berkahi." Dari Al-Aqsa, dipercayai bahwa Muhammad naik ke surga dalam peristiwa yang dikenal sebagai Miraj.
Kubah Batu, atau Qubbat as-Sakhra, di Al-Aqsa dianggap melindungi batu tempat Nabi Muhammad naik secara fisik. Sejarah masjid ini dimulai pada abad ketujuh. Mesjid pertama kali dibangun pada tahun 637 M, hanya lima tahun setelah kematian Nabi Muhammad. Namun, selama berabad-abad, bangunan ini mengalami penghancuran, pembangunan kembali, dan renovasi berulang kali.
Relevansi Politik di Tengah Konflik Israel-Palestina
Al-Aqsa terletak di dalam kompleks Haram al-Sharif, yang juga mencakup Kubah Batu, empat menara, dan gerbang bersejarah kompleks tersebut. Kawasan ini dianggap suci oleh umat Islam, namun juga memiliki signifikansi politik yang besar dalam konteks Israel-Palestina.
Setelah kemenangan Israel dalam Perang Arab-Israel tahun 1967, Israel mengambil kendali Yerusalem Timur, termasuk Al-Aqsa, yang kemudian diannex. Walaupun Israel memberikan yurisdiksi atas masjid dan kompleks tersebut, Israel tetap mengontrol akses ke halaman tersebut dan seringkali melakukan patroli dan penggeledahan oleh pasukan keamanan di dalam kompleks.
LANJUT …..
